My life melody

My life melody

Saturday, May 28, 2011

Seattle From The Top part 1

Masih terekam jelas di ingatanku apa yang kudapatkan ketika berkunjung di sebuah kota kecil, di negara empat musim. Kota ini hanyalah sebuah kota dengan penduduk sekitar 600 ribu orang, dengan pemandangan perairan di sepanjang jalan, dengan lalu lalang pesawat di angkasa dan aroma kopi di mana – mana. Yup! Kota ini adalah Seattle. Kali ini aku ingin menceritakan apa yang kualami di Seattle, mulai dari ketika masih di awan hingga menginjak tanahnya...

Kita mulai perjalanan dari angkasa. Perjalanan panjang yang kulalui bersama keluarga baruku memakan waktu sekitar 16 jam di angkasa. Berganti pesawat sebanyak tiga kali untuk mencapai kota ini. Di dalam pesawat, aku belajar sesuatu. Jika kau minta air putih, jangan sekali – kali kau katakan, “Mineral water, please!” Mengapa? Itu sebuah kode bahwa kau meminta air soda. Dan, tentu kau tidak akan suka. Aku merasakannya.

Di atas langit, kau mungkin akan heran dan bertanya – tanya, “Kok tidak ada malam ya?” Yup! Penerbangan itu menembus batas ruang dan waktu, melalui garis perbedaan waktu yang terlihat jelas. Terbang dari bandara Narita pukul 16.55, sampai di Seattle pukul 09.00. Tidak tidur? Sepertinya! Tapi, aku tidur pulas di atas pesawat hingga flight attendant membangunkanku dengan suara, “Happy mother’s day!” sambil membawa kereta minuman dan menyodorkan kami segelas minuman. Ternyata, hari Minggu kedua bulan Mei merupakan hari Ibu di sana.

Setelah turun dari pesawat, aku dan saudara - saudaraku masuk sebuah gerbang baru, ke dunia baru. Gerbang imigrasi! Kami harus diwawancara satu per satu oleh petugas. Dengan vocabulary sederhana, kami melalui tes ini. Yes! Kami dinyatakan lolos setelah petugas mengatakan, “Welcome to United States!” Perjalanan dimulai ketika kami dikagetkan dengan seorang wanita yang menanyakan, “Excuse me, are you from Jawa Pos?” Kami langsung mengangguk dan dia menyodorkan tangannya sambil berkata, “Hai! Saya Nanik dari SSSCA!” Kami kaget ternyata kami disambut hangat oleh saudara - saudara senegara sendiri. Mereka menggabungkan diri dalam sebuah wadah bernama “Seattle Surabaya Sister City Association”. Perjalanan membelah jalanan kota ini dimulai…

Di mana pun aku berada, takkan pernah lepas satu sudut kota pun tanpa Starbucks. Kedai kopi yang berdiri sejak 1912 ini sangat berpengaruh besar bagi Seattle. Tak kaget, jika setiap penduduk di sana gemar meminum kopi. Tidak hanya segelas, enam gelas sekali teguk pun masih belum memuaskan dahaga mereka. Wow! Ternyata, Starbucks memberikan sumbangsih bagi perkembangan kota ini.

Di bahu kanan dan kiri jalan, kami melihat perairan yang berkilau terkena pancaran sinar matahari pagi. Seattle sangat dekat dengan perairan atau bahkan bisa disebut sebagai kota pelabuhan. Kapal – kapal besar di sudut perairan terlihat berjajar rapi. Pemandangan pun berganti... Barisan gedung – gedung tinggi di antara barisan perumahan yang hijau. Gedung – gedung itu hanya ada di sudut tengah kota yang dinamakan “Down town”. Sisanya, perumahan yang selalu diselang – seling dengan pepohonan subtropics di mana – mana. Pantas, jika kota ini terlihat hijau dari langit.

Jalanan besar yang terbagi menjadi lima lajur itu pun terlihat sangat luas. Tidak ada kemacetan yang parah, tidak ada serobot – serobotan mobil, tidak akan kautemui polisi yang menilang di tengah jalan. Polisi hanya akan mendatangimu dengan segera jika kau mengalami kecelakaan di jalan besar tersebut. Ketika kau menyeberang jalan, kau harus berjalan sedikit cepat, karena ada timer untuk menyeberang. Namun, hebatnya adalah ketika kau masih berada di tengah jalan, kendaraan di sekitarmu seolah – olah membeku dan kau diizinkan berjalan hingga ujung seberang. Membandingkan di sini, kendaraan – kendaraan akan ada persis di ujung lututmu dan pengemudi akan keluar dari jendela sambil berteriak, “Nggak punya mata ya!” Ngeri…

Jika kau tanyakan tentang makanan, kau tidak perlu cemas. Berbagai sajian makanan yang cocok di lidah orang Indonesia akan kautemukan di sana. Banyak orang Indonesia yang membuka café dengan sajian makanan Indonesia. Aku dan kawan – kawan saja sampai puas melahap Soto Betawi hingga Nasi Goreng. Yang mengagetkan, jika kau beli Mc D di sana. Di Indonesia, paketan yang belum tentu mengenyangkan didapat dengan harga yang menguras kantong (ukuran anak kos). Di Seattle, hanya dengan separuh harga makanan di café – café biasa, kau akan mendapatkan sajian mengenyangkan. Aku mendapatkan dua cheese burger, French fries ukuran large dan satu gelas minuman porsi large hanya dengan 3 dolar! Kenyang bukan main.

Hidup yang serba teratur itulah yang menjadi prinsip mereka. Tak kaget jika tour guide kami dari SSSCA, Michael sangat ketat dalam hal waktu. “Kita cepet sedikit ya… biar waktunya cukup!” ”Kita di sini lima menit saja ya untuk mengejar waktu” “Besok pagi on time ya! Jam 7”. Kata – kata itu masih terngiang jelas di telingaku dan kawan – kawan. Benar – benar on time maniac! Maafkan kami, Pak Mike jika kami masih terpengaruh jam otaknya orang Indonesia… alias lelet. Hehehe ^^

Cerita ini baru cerita awal perjalananku... masih ada cerita selanjutnya... Tunggu saja... aku akan menambahkannya, sehingga kau pun bisa merasakan yang kulihat...



No comments:

Post a Comment

Temen-temen kasi komen ya... apa ada yang salah dengan blog-ku. maklumilah daku, karena aku baru belajar buat blog. geto... he8x thx.