My life melody

My life melody

Sunday, May 29, 2011

Seattle From The Top Part 2

Kau pasti sudah menunggu apa yang akan kutuliskan berikutnya tentang Seattle. Baik, marilah kita lanjutkan... Seattle termasuk salah satu kota yang berpendidikan. Seluruh warganya minim memiliki gelar diploma. Universitas – universitas besar dengan berbagai pilhan jurusan tersedia. Bahkan, untuk mendalami gamelan pun ada di ethnomusicology University of Washington (U-W, baca: Yu-Dab). Diajarkan oleh Christina Sunardi sebagai asisten professor. Yang luar biasa, Christina berasal dari California namun jika diminta berbahasa Indonesia, beliau akan bicara dengan bahasa Indonesia yang kental dengan aksen Jawa. Orang yang ceria, selalu tersenyum dan hangat! Setiap perguruan tinggi memiliki student dormitory bak hotel bintang lima! Sangat nyaman, keren dan besar. Kami terperangah begitu memasuki salah satunya di Seattle University.

Pendidikan menjadi sangat penting bagi mereka. Pendidikan didapat
gratis di sana. Pajak yang ditarik dari warga disalurkan untuk infrastruktur dan pendidikan. Oleh karena itu, penduduk sana akan belajar dengan giat untuk mendapatkan ilmu. Pendidikan di sana tidak jauh beda dengan Indonesia. Yang berbeda hanyalah sikap mahasiswanya. Jika di Indonesia, dosen yang akan mencekoki kita dengan berbagai konsep, di sana terbalik. Mahasiswa yang akan mencekoki dosen dengan berjuta pertanyaan mengenai konsep yang ia baca hingga beradu argument dengan dosen. Suasana dinamis terjalin di dalam kelas. Kelas akan menjadi seru dan menarik.

Kebiasaan membaca juga sangat tinggi. Public lib
rary pun tak pernah libur didatangi oleh pembaca – pembaca buku. 30 ribu koleksi buku masih tersimpan rapi. Bahkan, public library sekalipun dikelola oleh orang – orang yang ahli dalam hal pustaka. Peralatan canggih seperti mesin pengembali buku yang akan menaruh buku yang kau pinjam langsung ke dalam rak juga ada. Tak heran, jika public library menjadi tempat yang patut kami kunjungi, sebagai motivasi bagi kami untuk membaca buku layaknya mahasiswa Seattle yang suka mencari ilmu lebih dahulu. Hehehe ^^

Yang membuat terkesima adalah tempat sederhana bisa menjadi tempat pariwisata yang luar biasa. Pasar tradisional pun menjadi atraksi. Hanya bermodal melempar ikan besar, itu menjadi daya tarik wisatawan yang hadir. Hanya sebuah tembok dengan tempelan permen karet di sudut – sudutnya itu menjadi objek foto wajib. Sebuah museum yang hanya memajang pesawat itu juga hal yang menarik. Kedai tua yang legendaris juga menjadi tempat pariwisata wajib. Mengapa? Karena dirawat dengan baik dan dikelola dengan baik dan dijaga kebersihannya.



Perusahaan besar lain
yang berpengaruh di Seattle adalah Boeing, produsen pesawat nom
er satu di dunia. Bahkan, pesawat yang kami naiki pun juga adalah produksi Boeing. Perusahaan ini sangat istimewa. Mereka membuka diri untuk dilihat proses produksinya. Begitu menakjubkan! Aku ingin meneteskan air mataku, terharu melihat begitu luar biasanya mereka. Membuat mimpi seseorang menjadi nyata hanya dengan sebuah alat transportasi yang membawamu terbang ke tempat tujuan hanya dengan beberapa jam. Kekaguman kami diakhiri dengan sebuah kalimat,"If it’s not Boeing, I’m not going…”



Suhu udara berkisar 10 derajat celcius ternyata tidak membuat gunung es di sana tidak mencair. Snoquailmie, salah satu tempat ski di Seattle tidak kalah memesona. Salju yang masih putih menghiasi pegunungan – pegunungan. Jalanan yang dihiasi dengan pemandangan yang indah membuat mata tidak bisa terpejam. Bermain salju untuk pertama kalinya merupakan pengalaman luar biasa yang Tuhan berikan pada kami. Mengabadikan momen – momen yang tidak pernah kami rasakan di Surabaya adalah salah satu hal wajib di sana.

Banyak hal yang kudapatkan dari Seattle. Tidak pernah terpikir olehku mendapatkan berkat yang luar biasa, belajar banyak di negeri Paman Sam. Lima hari menjelajahi kota luar biasa ini bukanlah waktu yang cukup. Hari keenam kami lewati dengan mengucapkan “See you, Seattle!!!” dari angkasa. Meninggalkan kota penuh pengalaman dan pelajaran dengan senyum dan harapan. Suatu saat, kami harus ke sana lagi, belajar lebih banyak dan kami bisa membagikan lebih banyak lagi.

Dari angkasa, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang memberikan berkat ini pada kami. Mengingat semua pemberian dari Jawa Pos, dukungan dari keluargaku, kerelaan hati sang kekasih (maklum, dia cukup berat membiarkanku pergi selama seminggu hampir tanpa komunikasi, karena perbedaan waktu yang signifikan, 14 jam) yang mengizinkan aku pergi berpetualang ke negara asing, belajar banyak hal baru. Berterima kasih juga pada Tuhan karena memberikan sebuah keluarga baru yang hangat dan menerima kami dengan senyuman, SSSCA. Petualangan – petualangan baru yang dirangkaikan bagi kami, menjadi pendamping kami, menjadi keluarga kami, menjadi ‘tukang foto’ kami, dan yang paling tak terlupakan, pesta perpisahan yang mengharukan menjadi sebuah kenangan bahwa kami pernah punya keluarga di Seattle. Meninggalkan kota indah yang Tuhan ciptakan ini, meninggalkan Space Needle, Starbuck Centre, Westfield Mall, Safeco Field, Snoqualmie, Portland, Boeing dan meninggalkan suasana malam di Seattle yang penuh dengan gemerlap membuat kami semakin tidak ingin pulang.

Namun, Tuhan berkata lain. Dia bilang, “Anak – anakku, kalian baru saja Kuizinkan mendapatkan pengalaman dan berkat di sini. Sekarang, tugasmu adalah ceritakan apa yang kamu lihat, bagikan dan katakan pada mereka bahwa suatu saat tiba giliran mereka mendapatkan berkat yang sama, seperti kalian.” Petualangan pun berakhir di pelukan kota Surabaya dan sambutan hangat dari sanak keluarga, teman dan dosen. Semua yang kudapat di Seattle menjadi sebuah cerita tersendiri yang tidak akan pernah kulupakan. Kau pun bisa mendapatkan pengalaman yang sama. Kau pun punya peluang yang sama. Jika kau mendapatkannya, coba bagikanlah pada orang lain. Biarkan apa yang kau bagikan menjadi berkat bagi orang lain pula. ^^